JARRAKPOSLAMPUNG – Desa Subang Jaya, Kecamatan Bandar Surabaya, menjadi sorotan akibat banjir yang merendam lahan pertanian selama dua bulan terakhir. Kondisi ini telah menyebabkan kerugian besar bagi warga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Untuk memahami lebih dalam dampak banjir ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) turun langsung ke lokasi bersama Camat Bandar Surabaya, melakukan pendataan, dan berdiskusi dengan warga pada Sabtu, 27 Januari 2025.
Banjir ini disebut sebagai salah satu yang terparah dalam beberapa tahun terakhir, memicu kegagalan panen di hampir seluruh lahan pertanian. “Hampir semua sawah dan ladang terendam air. Kami kehilangan sumber penghasilan utama,” ungkap Acan, salah satu petani setempat.
Situasi ini semakin mempersulit kehidupan warga, dengan tingginya biaya perbaikan lahan pascabanjir dan kebutuhan mendesak untuk penanaman ulang. Beberapa petani bahkan terpaksa memanen padi lebih awal meskipun hasilnya tidak maksimal, demi mengurangi kerugian lebih besar.
Mahasiswa KKN Unila yang turun ke lokasi tidak hanya mendokumentasikan dampak banjir tetapi juga mengadakan dialog dengan warga untuk menggali solusi. “Kami ingin membantu menyuarakan kondisi warga dan menjembatani kebutuhan mereka dengan pihak terkait,” ujar salah satu mahasiswa KKN.
Dalam pertemuan tersebut, warga berharap adanya bantuan konkret dari pemerintah daerah, termasuk alat berat untuk memperbaiki lahan, bibit tanaman baru, serta dukungan dana darurat. “Kami butuh uluran tangan untuk kembali bangkit. Kalau tidak ada bantuan, kami benar-benar kesulitan,” keluh Acun, seorang warga lainnya.
Kehadiran mahasiswa KKN ini membawa secercah harapan bagi warga yang tengah berjuang memulihkan ekonomi mereka pascabencana. Meski tidak dapat menyelesaikan semua masalah secara instan, langkah mereka diharapkan menjadi jembatan bagi terwujudnya solusi jangka panjang untuk mengatasi dampak banjir.
Warga Desa Subang Jaya kini menunggu perhatian dan tindakan dari berbagai pihak untuk membantu mereka melewati masa sulit ini, demi keberlanjutan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi desa. (***)