JARRAKPOSLAMPUNG – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) Periode 1 2025 mengadakan sosialisasi inovatif di Desa Semanak, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Acara yang digelar pada Jumat, 24 Januari 2025, ini mengusung tema pemanfaatan limbah feses domba untuk pembuatan pupuk kompos, sekaligus memperkenalkan budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan pembuatan bedengan.
Kegiatan ini dilakukan berkolaborasi dengan perangkat desa, stakeholder kecamatan, kelompok tani, serta Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat. Program kerja ini digagas oleh tujuh mahasiswa KKN, yakni Ade Rian Pratama, Muhammad Rayhan Syauqii, Dwi Agung Abdul Kholik, Hanifah Tiara Dewi, Amelia Putri Anggraeni, Helmalya Vrily Pramesti, dan Heppy Silvia, dengan bimbingan dari dosen pembimbing M. Iqbal Parabi, S.Si., M.T.
Dalam sosialisasi ini, mahasiswa memperkenalkan metode pembuatan pupuk kompos berbahan dasar feses domba. Prosesnya melibatkan pengeringan dan penghancuran feses hingga halus, kemudian dicampur dengan larutan EM4 dan molase untuk fermentasi. Langkah ini dirancang sebagai solusi ramah lingkungan yang dapat diterapkan oleh masyarakat setempat.
“Penggunaan pupuk kompos diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia, menjaga pH tanah, dan meningkatkan kualitas hasil panen,” ungkap Muhammad Rayhan Syauqii, salah satu mahasiswa KKN.
Selain kompos, mahasiswa juga mensosialisasikan cara membuat bedengan, yakni lahan penanaman yang ditinggikan untuk meningkatkan daya serap air dan mendukung pertumbuhan tanaman. Bedengan ini dirancang untuk digunakan sebagai lahan TOGA dan sayuran di lingkungan warga.
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) menjadi fokus lain dalam kegiatan ini, dengan tujuan memberikan alternatif pengobatan berbasis lokal yang lebih terjangkau dan alami. Warga diberikan informasi tentang berbagai manfaat TOGA, seperti jahe, kunyit, dan lidah buaya, yang dapat ditanam di halaman rumah.
Respon warga Desa Semanak sangat positif. Diskusi interaktif antara mahasiswa dan masyarakat menghasilkan berbagai masukan, termasuk permintaan dari KWT untuk observasi langsung di lahan rumah mereka.
Rencana tindak lanjut juga telah disiapkan, yakni praktik pembuatan bedengan dan penanaman TOGA di lahan desa menggunakan pupuk kompos dari feses domba yang sudah diolah.
Kegiatan ini diharapkan mampu mengubah paradigma masyarakat setempat tentang pengelolaan limbah peternakan, sekaligus mendorong petani untuk mengadopsi metode pertanian berkelanjutan. Selain itu, keberadaan TOGA di halaman rumah warga diharapkan menjadi solusi mandiri untuk pengobatan alami di masa depan.
“Langkah kecil ini diharapkan dapat memberi dampak besar bagi warga Desa Semanak, baik dari segi ekonomi, kesehatan, maupun kelestarian lingkungan,” tutup Rayhan. (***)