Skip to content
Facebook
Twitter
WhatsApp

Lampung Fair atau Lampung Porn?

PEMBARUAN.ID – Penampilan dari pasangan duet biduanita dangdut seksi Cupi Cupita dan Essa Brilian, yang tergabung Duo Goyang Basah atau yang populer dengan Duo Gobas, Sabtu (05/11/2022) malam, di ajang pesta rakyat tahunan Lampung Fair menuai kritik tajam dari sejumlah kalangan.

Ya, tak sedikit yang menyayangkan penampilan dua budianita bergoyang ala ranjang itu di hajat besar, promosi pembangunan daerah tersebut.

Tokoh sekaligus politisi senior, Gunawan Handoko misalnya yang menyayangkan adanya tontonan yang tak mendidik tersebut. Terlebih, dipanggung terpampang baliho besar bergambar gubernur dan wakil gubernur.

“Apapun alasannya tontonan seperti ini sangat tidak pantas disuguhkan dalam even Lampung Fair di PKOR Way Halim.
Goyang seronok dengan latar belakang baleho besar dengan gambar Gubernur dan Wakil Gubernur,” tulis Gunawan Handoko dalam postingan di akun facebooknya, Minggu malam.

Postingan Pakde Gun –sapaan akrabnya–, menuai tanggapan beragam. Mulai dari mepertanyakan siapa Event Organizer (EO) nya, hingga uangkapan kesedihan, lantaran hajat daerah jadi ajang bisnis striptis.

“Menyedihkan sekali tontonan yang disuguhkan, sangat tidaklah pantas dalam acara Lampung Fair 2022,” tulis politisi Gerindra, Haidir Basyir menanggapi postingan Pakde Gun.

Senada, Poitisi Partai Ummat, Abdullah Fadri Auli pun menanggapi postingan dengan tampilan dua buduan sedang bergoyang tak senonoh itu. Bung Afa –begitu sapaan akrabnya–, menyangkan adanya tontonan yang tak layak tampil di agenda pemerintah itu.

“Memang sudah rusak dan tak beretika mas Gun. Harusnya tontonan-tontonan yang disajikan adalah tontonan yg baik dan mengedukasi, bukan tontonan seronok seperti itu, apalagi kegiatan itu penyelenggaranya adalah pemerintah provinsi. Harusnya panitia segera menyetop bukan sebaliknya ikut nonton sampai habis,” komentar Bung Afa.

Ajang promosi pembangunan Lampung Fair 2022 di PKOR Way Halim tak henti menuai kritik. Alih-alih mengedepankan kearifan lokal, panitia justru memilih jenis hiburan ala barat untuk disajikan.

Tiket Mahal, Pungli Sampai Pelecehan

Tidak hanya itu, mulai dari parkir, tiket masuk yang mahal, penjualan tiket yang tidak profesional, menimbulkan antrian  berdesak-desakan di masa pandemi yang belum benar-benar usai, sampai pada pungli (jual lapak) yang mengakibatkan merangseknya pedagang kaki lima kedalam lokasi Lampung Fair.

Ya, sejatinya Lampung Fair lebih mengedepankan sajian hasil-hasil pembangunan. 15 kabupaten/kota bisa memamerkan keunggulannya masing-masing. Mulai dari pelayanan, potensi yang dimiliki sampai keunggulan daerahnya. Sayangnya, stan-stan pemerintah tersebut justru sepi, bak kehilangan girohnya.

Belakangan EO mencoba mengklarifikasi apa yang menjadi persoalan pada ajang tersebut, tapi hanya sebatas jawaban normatif, dan belum memberikan solusi kongkrit untuk sebuah event besar itu.

“Parkir masih semerawut, antrian loket masih tak teratur, harga tiket masih mahal, yang disajikan tak menarik dan tak mendidik. Belakangan dikabarkan terjadi pelecehan seksual di salah satu stan. Lalu, apa yang dijawab oleh panitia? Kalau cuma ngomong siapa saja bisa,” keluh salah satu pengunjung.

Dikutip dari Rmol.Lampung, Pengamat Pembangunan Daerah, Nizwar Affandi menyampaikan komentar pedas terhadap penyelenggara yakni Apindo Lampung, yang dinilainya tidak ada inovasi dalam penyelenggaraan Lampung Fair.

“Saya mendapatkan kiriman video itu. Mestinya pada Lampung Fair yang diumumkan ke publik itu hasil positifnya berupa jumlah transaksi dan nilai ekonomi yang tercatat selama beberapa sejak penyelenggaraan. Tunjukkan bahwa ketika dikelola oleh Apindo memang ada perbedaannya dibandingkan dengan tidak dikelola oleh Apindo. Bukan justru menampilkan tontonan seperti itu,” kata dia. (tim/red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait