JARRAKPOSLAMPUNG – Di tengah hijau suburnya Desa Kembahang, Kecamatan Batubrak, aroma khas kopi memenuhi udara saat Presiden Joko Widodo bergabung dengan para petani untuk memetik buah kopi. Desa yang terletak di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, ini menjadi saksi dialog hangat antara pemimpin negara dan rakyatnya pada Jumat pagi yang cerah itu.
Indonesia, dengan kekayaan alamnya, memiliki lahan kopi yang luas, mencapai sekitar 1,2 juta hektare. Dari luas tersebut, Lampung Barat memiliki kontribusi signifikan dengan 60 ribu hektare, didominasi oleh jenis robusta yang mencakup 90 persen dari keseluruhan lahan kopi di daerah ini. “Kita memiliki 1,2 juta hektare kopi baik robusta maupun arabika di seluruh Tanah Air Indonesia. Di Lampung Barat ini terbesar ada 60 ribu hektare, tapi memang yang banyak hampir 90 persen disini adalah robusta, arabikanya kira-kira 10-an persen,” ujar Presiden usai panen kopi.
Dalam sambutannya, Presiden menyoroti pentingnya peningkatan produktivitas. Meski harga kopi kerap fluktuatif, tren tahunan menunjukkan kenaikan, seiring dengan meningkatnya permintaan ekspor. Hal ini menjadi peluang besar yang harus dimanfaatkan. Presiden meminta Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, untuk memberikan perhatian lebih pada komoditas kopi. “Inilah yang tadi saya sampaikan ke Menteri Pertanian agar memberi perhatian kepada kopi. Yang paling penting adalah produktivitas per hektarenya harus naik,” jelasnya.
Tantangan Produktivitas dan Perhatian Pemerintah
Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan dalam hal produktivitas per hektare yang relatif rendah, berkisar antara 1-2 ton. Presiden menargetkan peningkatan signifikan hingga 8-9 ton per hektare, seperti yang dicapai oleh negara-negara penghasil kopi lainnya. “Jadi tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarenya menjadi naik drastis. Itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitasnya per hektare bisa menjadi lebih naik. Dan kalau produktivitas per hektare naik, kesejahteraan petani kopi akan menjadi lebih baik,” tambah Presiden.
Dalam upaya mendukung para petani, pemerintah telah meningkatkan subsidi pupuk hampir dua kali lipat. Kebijakan ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang sering dihadapi oleh petani terkait ketersediaan dan harga pupuk. “Subsidinya juga sama naik dua kali lipat. Jadi kalau saya bertanya ke petani-petani yang padi, kemarin-kemarin dalam dua minggu ini enggak ada masalah,” ujar Presiden.
Hilirisasi dan Masa Depan Pertanian Kopi
Selain meningkatkan produktivitas, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya hilirisasi produk pertanian, termasuk kopi. Menurutnya, industrialisasi dan hilirisasi merupakan langkah penting untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan membuka peluang ekspor yang lebih luas. “Semua komoditas pertanian harus masuk kepada industrialisasi, masuk kepada hilirisasi,” tegasnya.
Kunjungan Presiden ini diharapkan menjadi momentum penting untuk mendorong sektor pertanian kopi di Indonesia, khususnya di Lampung Barat. Dukungan dan perhatian pemerintah terhadap para petani diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesejahteraan mereka.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden didampingi oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Pj. Gubernur Lampung Samsudin, dan Bupati Lampung Barat Nukman. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen pemerintah dalam memajukan sektor pertanian kopi yang menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia. (tim)