Skip to content
Facebook
Twitter
WhatsApp
Iklan

PEMBARUAN.ID – Nasib malang dialami (RF) bayi berusia 6 bulan warga Jalan Bayur 2, Sumberejo, Kemiling, Bandarlampung diduga alami Malpraktik oleh salah satu tenaga kesehatan di Bandarlampung.

Dugaan Malpraktik tersebut disampaikan ibu korban Erma pada pembaruan.id, Jumat (02/06/2023).

Erma menyampaikan, awalnya anaknya sakit dengan keluhan batuk, muntah, panas dan timbul bintik merah. Lalu, ia dan suami membawa anaknya ke klinik praktik di wilayah Kemiling, Bandarlampung, Jumat (12/05/2023).

Sesampainya disana, RF diperiksa oleh bidan jaga. Setelah didiagnosa, bidan mengklaim korban dengan bintik merah tersebut alami campak.

Bidan tersebut, lanjut Erma, kemudian memberikan obat sirup yang berisikan Amoxilin dan obat puyer yang berisikan obat batuk dan juga bedak tabur.

Satu-dua hari pasca periksa kondisi korban bukannya membaik, justru tidak berhenti menanggis hingga kulit diseluruh badannya melepuh seperti terkena air panas.

“Dia tidak berhenti menangis mas, mungkin karena gatal dan perih, karena kulitnya yang melepuh,” tutur Erma.

Keesokan harinya Erma dan ayah RF membawanya ke Rumah sakit ibu dan anak Restu Anak dan Bunda. Dokter di RS tersebut mendiagnosa bahwa obat antibiotik yang diterima RF sebelumnya tidak cocok.

“Dokter mengatakan kondisi kulit yang melepuh tersebut terindikasi alergi obat,” lanjut Erma.

Bahkan, terangnya, ia bersama keluarga sempat membawa RF ke Klinik Dokter Wili. Dokter tersebut pun, mengatakan hal yang sama, bahwa RF terindikasi alami alergi obat.

“Jadi sudah ada dua dokter mas, yang mengdiagnosa bahwa anak saya alami alergi obat,” lanjutnya.

Ia berharap pihak klinik awal tempat pertama berobat bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada buah hatinya tersebut. Ia juga menegaskan, jangan sampai kejadian yang dialami anaknya terulang kembali dikemudian hari.

Saat ini korban telah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit Ibu dan Anak Restu Bunda, kondisi korban pun berangsur membaik, Jumat (02/06/2023).

“Saat ini si kecil belum mau minum susu, karena bibirnya melepuh, anus dan kemaluannya juga melepuh. Saat ini sangat tergantung pada infus,” tandasnya.

Sayangnya, Dinas Kesehatan setempat belum merespon wartawan pembaruan.id yang minta tanggapan terkait peristiwa tersebut. (sandika)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait